Ketika di Yogyakarta (Plus Travel Video)

Yogyakarta a.k.a Jogja. Begitu tenang dan segalanya terasa berjalan perlahan dan tidak terbebani. Itu yang saya rasakan saat berkunjung ke Yogyakarta beberapa tahun silam. Lalu saya berkesempatan datang lagi dua bulan lalu, dan rasa itu masih sama, I'm in love again with Jogja. 


Well, kecuali satu hal, sekarang kok banyak banget motor yang ngebut sabet kiri kanan dan suka asal ambil jalur orang, kayak di Jakarta yaaa. Kalau kata supir Grabcar yang saya naiki, kebanyakan adalah pendatang yang naik motornya seperti itu, warga Jogja lebih kalem saat dijalanan.

Dengan menggunakan kereta Senja Utama malam, saya berangkat dari stasiun Pasar Senen Jakarta pk. 19.00. Tiket yang saya booking online, terlebih dulu harus daftar check in otomatis di deretan mesin yang berjejer rapi dekat minimarket stasiun. It's easy and fast, plus selalu ada staff yang membantu bila kita bingung mengoperasikan mesin tersebut.


Saya memutuskan tidur sepanjang perjalanan, karena ga bisa lihat pemandangan juga di malam hari. Terbangun beberapa kali termasuk saat penumpang yang duduk sebelah saya sedang memesan makanan dari gerbong sebelah, wanginya nyam-nyam, dan antrinya juga nyam-nyam.

Tiba di Jogja sekitar pk. 03.00 dinihari, saya berjalan keluar stasiun dan langsung di hadang tawaran abang-abang becak, ojek dan taksi. Tapi saya memutuskan mencoba Gojek saja dari luar area stasiun untuk di antar ke hotel di area Ngadinegaran, dekat dengan alun-alun. Dan ya, jam segitu ternyata masih ada yang standby.

Tujuan saya ke Jogja sebenarnya menyusul istri saya yang sedang ada kerjaan di sana, dan kami punya waktu bebas 2 hari untuk sekedar kelilingan di pusat kota. Dengan waktu yang sempit kami tidak sempat mampir ke candi-candi maupun Merapi, jadi benar-benar hanya di sekitaran pusat kota.


Untuk mempermudah pergerakan berkeliling, saya memutuskan menyewa motor lewat hotel kami menginap. Harga standar 60 ribu untuk sehari penuh. Kebetulan hotel yang kami tempati dekat dengan area Prawirotaman, yang terkenal sebagai markasnya hotel-hotel budget terjangkau selain di Sosrowijayan yang dekat Malioboro. Tapi bukan berarti semuanya hotel budget, banyak juga hotel yang kelasnya di atas itu lho. Beberapa kali kami mampir ke area Prawirotaman sekedar duduk-duduk ngopi di salah satu kafe dan keluar masuk toko pernak-pernik handycraft yang banyak tersebar di area tersebut.





Oh ya, saat makan malam di Rumah Makan Chinese Lezat Medan di Jl Suryatmajan (bisa masuk dari Jl Malioboro), saya menemukan toko penjual pernak-pernik yang menjual beragam kerajinan tangan dengan harga lebih murah di banding toko-toko lainnya.


Terakhir, Check my Travel Video when in Yogyakarta. Silakan atuh di play videonya :)



Post a Comment

0 Comments